Penulis: Abiyyu Dzaky Fitrianto, Mahasiswa IPS 2023 IAIN Ponorogo
Al-Qur’an Media – Wahyu (وحي) adalah salah satu konsep ssentral dalam islam. Ini adalah pengungkapan langsung dari Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pengertian wahyu, cara-cara penyampaian wahyu, dan pentingnya wahyu dalam kehidupan manusia.
Cara Penyampaian Wahyu kepada Nabi dan Rasul Wahyu adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya, maka perlu juga dikemukakan dalam kesempatan ini bagaimana cara Allah menurunkan wahyu kepada Nabi dan Rasul-Nya. Firman Allah yang terjemahannya: “Dan tidak mungkin bagi seseorang manusiapun bahwa Allah berkata- kata dengan dia kecuali dengan perantaraan
wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seseorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanyautusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanyadengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”. (QS. asy-Syura 42: 51). Dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”. (QS. asy-Syura 42: 51). Dari kandungan ayat di atas dapat dipahami ada tiga cara Allah menyampaikan wahyu kepada Nabi dan Rasul-Nya.
Cara Penyampaian Wahyu
1. Melalui Mimpi Yang Benar
Wahyu dengan cara ini langsung disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya tanpa perantara malaikat. Contohnya adalah mimpi Nabi Ibrahim AS.Agar menyembelih putranya Ismail. Firman Allah yang terjemahannya: “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang- orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim memberingkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang- orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar- benar suatu ujian yang nyata.Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) dikalangan orang- orang yang datang kemudian, (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang- orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ia termasuk hamba- hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.” (Q.S. ash- Shaffat 37: 101-112).
2. Dari Balik Tabir
Penyampaian wahyu dengan cara ini kepada Nabi dan Rasul- Nya juga sifatnya langsung tidak melalui perantara malaikat. Penerima wahyu hanya mendengar Kalam Ilahi akan tetapi ia tidak dapat melihat-Nya. Contohnya seperti yang terjadi pada Nabi Musa AS. Firman Allah yang terjemahannya: “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”.(al-A’raf: 143).
3. Melalui Malaikat Jibril
Menurut Manna’ al-Qathan (2004: 43-44), ada dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat kepada Rasul:
- Datang dengan suatu suara seperti suara lonceng, yaitu suara yang amat kuat yang dapat mempengaruhi kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh Cara ini adalah yang paling berat bagi Rasul. Apabila wahyu yang turun kepada Rasulullah dengan cara ini, biasanya beliau mengumpulkan segala kekuatan dan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan memahaminya
- Malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki. Cara seperti ini lebih ringan daripada cara sebelumnya, karena adanya kesesuaian anatara pembicara dengan pendengar. Beliau mendengarkan apa yang disampaikan pembawa wahyu itu dengan senang, dan merasa tenang seperti seseorang yang sedang berhadapan dengan saudaranya sendiri. Tentang hembusan ke dalam hati telah disebutkan di dalam hadits Rasulullah, “Ruh Kudus telah menghembuskan ke dalam hatiku bahwa seseorang itu tidak akan mati sehingga dia menyempurnakan rezeki dan Maka bertaqwalah kepada Allah, dan carilah rezki dengan jalan yang baik”.
Hadis ini tidak menunjukkan turunnya wahyu secara tersendiri. Hal ini mungkin dapat dikembalikan kepada salah satu dari dua keadaan yang tersebut di dalam Hadis Aisyah. Mungkin malaikat datang kepada beliau dalam keadaan yang menyerupai secara lonceng, lalu dihembuskannya wahyu kepadanya. Bisa jadi wahyu yang melalui hembusan itu adalah wahyu selain Al-Qur`an.
Demikianlah pembahasan mengenai cara penyampaian wahyu kepada para nabi dan rasul, dengan fokus pada tiga sub tema: mimpi, dari balik tabir, dan melalui malaikat Jibril. Mempelajari cara penyampaian wahyu ini penting untuk memahami asal muasal ajaran agama dan bagaimana para nabi dan rasul menerima petunjuk dari Allah SWT.
Pemahaman yang komprehensif tentang wahyu dapat membantu kita memperkuat iman dan keyakinan, serta meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Selain itu, mempelajari wahyu juga dapat membantu kita memahami sejarah dan perkembangan agama, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis yang mungkin muncul.
Sebagai penutup, perlu diingat bahwa wahyu merupakan karunia Allah SWT yang luar biasa kepada para nabi dan rasul. Dengan mempelajari wahyu, kita dapat merasakan kasih sayang dan rahmat Allah SWT kepada hamba-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Anis, Muhammad. (2010). Tafsir Ayat Pendidikan: Wahyu Pertama sebagai Lonceng Kemajuan Peradaban Umat Manusia. Dalam Antologi Kependidikan Islam: Kajian Pemikiran Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Quraish Shihab, M. (1992). Membumikan Al- Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Mizan.