Example 728x250
Ulumul Quran

MAJAZ

55
×

MAJAZ

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Penulis: Rifa Nailul Ardian, Mahasiswa IPS 2023 IAIN Ponorogo

Al-Qur’an Media – Majaz merupakan seni bertutur yang memungkinkan terjadinya perluasan makna. Tokoh gramatik lainnya yang juga memberikan kontribusi terhadap konsep majaz adalah al-Mubarrad (w. 286 H), In menyatakan bahwa majaz adalah seni bertutur dan berfungsi untuk mengalihkan makna dasar yang sebenarnya. Begitu pula dengan al-Jinni (w. 392 H) yang mengartikan majaz sebagai lawan dari haqiqah dan makna haqiqah adalah makna dari setiap kata yang asli, sedangkan majaz sebaliknya yaitu setiap kata yang maknanya beralih kepada makna lainnya. Dalam pembahasan Al-qur’an ini banyak sekali yang harus dikupas secara mendalam salah satunya nasikh dan mansukh Tidak hanya diperbincangkan saja, keberadaan dianggap begitu penting dalam memahami dan menafsirkan hukum-hukum dalam Al-qur’anBegitu pentingnya, bahkan teori abrogation ini juga digunakan oleh para ahli bermeneutic dalam menghadapi ayat-ayat hukum yang tampak kontraktif, dengan dasar keyakinan bahwa tidak ada satupun pertentangan dalam Al-qur’an.

 PENGERTIAN MAJAZ

Secara etimologis kata majaz tidak ditemukan dalam Alquran, namun akar kata dari kata majaz, yaitu j-u-z, seperti jawaza (memotong) dan lajawwaza (melewati) ada dalam Alquran³. Dalam kajian gaya bahasa Arab modern konsep majaz lazim digunakan oleh pam sarjana klasik sebagai lawan dari istilah Aaqiqah. Abu Ziyad al-Farra’ (w. 210 H) seorang linguis yang beraliran Kuffah juga menggunakan derivasi kata majaz, yaitu jajawwuz (melampaui). Maksud tajawwaz di sini bisa berarti melampaui batas leksikal dan gramatikanya, tidak lagi terpaku pada makna dasar yang dimiliki sebuah kalimat. Misalnya ketika al- Farra menafsirkan ayat fama rabíhat tija ratuhuon (maka tidaklah beruntung perniagaan mereka) (Q.S. al-Baqarah [2]: 16). Kalimat di atas menurut al-Farra’ melampaui batas-batas aturan kebahasaan Arab keseharian. Pemakaian “permiagaan yang menguntungkan itu tidak lazim dan yang dipakai adalah “pedagang yang mendapatkan untung dalam perniagaan” atau “perniagaan Anda untung, dan perniagaan Anda merugi”. Secara teoritis, Ibn Qutaibah (w. 276 H) membagi majaz dalam dua kategori. Petama maja: lafchi dan kedua majaz ma’nawi. Dia mendefinisikan majaz sebagai bentuk gaya tutur, atau seni bertutur. Untuk itu kata majaz yang dipergunakan mencakup peminjaman kata (isti’arah), perumpamaan (tamsil), resiprokal (moqlub) dan lain-lain.”

MACAM-MACAM MAJAZ

Seperti halnya hakikat majâz juga terbagi menjadi empat bagian (Zuhail 1988,23900)

  • majāz lughowi yaitu penggunaan lafaz yang tidak sesuai dengan ma’na asalnya karena adanya suatu petunjuk kebahasaanseperti Contoh di atas dan lafaz صلاة yang digunakan untuk arti selain do’awalaupun kata tersebut bisa menjadi hakikat menurut arti bahasa.
  • majâz syar’i, yaitu penggunaan lafaz yang tidak sesuai dengan ma’na asalnya karena adanya suatu petunjuk syara. Seperti penggunaan ahli bahasa terhadap lafaz صلاة pada arti ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salamc. majâz ‘urfi khusus, yaitu penggunaan lafaz yang tidak sesuai dengan ma’na asalnya karena adanya suatu hubungan dengan penggunaan oleh komunitas tertentu. Seperti penggunaan kata oleh ahli nahwu untuk arti keadaan atau suasana baik atau buruk.
  • majaz ‘urfi umum, yaitu penggunaan lafaz yang tidak sesuai dengan ma’na asalnya karena adanya suatu hubungan dengan penggunaan oleh komunitas umum, seperti penggunaan kata دابة yang secara umum berarti hewan melata menjadi orang bodoh.

Secara etimologis kata majaz tidak ditemukan dalam Alqurannamun akar kata dari kata majaz, yaitu j-u-z, seperti jawaza (memotong) dan lajawwaza (melewati) ada dalam Alquran. Sedangkan macam-macam majaz menjadi 4 bagian yaitu: majâz lughowi, majâz syar’i, majāz ‘urfi khusus, majāz ‘urfi umum.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Muzakki, dan Syuhadak, Bahasa dan Sastra dalam Alqaran (Malang- UIN-Malang Press2006), 69-72

Ali bin Muhammad Ali al-Jurjanial-Ta’rifirstJuz 1 (BeirutDor al- Kitab al-‘Arabi 1405), 257.

“al-Hasyimi>, Jawahir al-Balaghah… 232 al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghat.. 232. “Thid. 233-236 “Usman. Terjemahan al-Balaghat…..150

.

 

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.