Penulis: Zahrotul Afifah, Mahasiswa IPS 2023 IAIN Ponorogo
Al Qur’an Media – Qira’at adalah ilmu yang mempelajari variasi bacaan Al-Quran. Dalam konteks ini, qira’at Merujuk pada beragam cara membaca Al-Quran yang berbeda-beda, yang berasal dari tradisi yang berbeda di dunia Islam. Abu Ubaid Al Kasim Ibnu salam adalah orang pertama yang mengarang buku masalah qira’at , setelah itu muncullah ahli ahli qiraat yang menyebabkan para ulama berpendapat dalam sistem qira’at yang berbeda. Pada abad ke 3 H di mana pada abad itu orang orang di negeri Islam menerima qira’at dari beberapa imam, maka lahirlah macam macam qira’at yang masyhur sebagai berikut.
- Qira’at Sabah
Qiraat Sabah adalah istilah yang Merujuk pada tujuh metode bacaan Al-Quran yang diajarkan oleh dua Imam besar, yaitu Imam Nafi’ dan Imam Abu ‘Amr Al-Basri. Metode pembacaan ini mempengaruhi cara orang membaca dan mengartikan Al-Quran dalam tradisi qiraat Islam. Tujuh cara membaca Al-Quran yang diakui secara resmi, yang dikenal sebagai “Qira’at Ashara” atau “Sepuluh Qiraat”. Berikut adalah tujuh di antaranya:
Qiraat Nafi’ (نافع)
Qiraat Ibnu Katsir (ابن كثير)
Qiraat Abu ‘Amr (أبو عمرو)
Qiraat Ibnu ‘Amir (ابن عامر)
Qiraat Hamzah (حمزة)
Qiraat Al-Kisaa’i (الكسائي)
Qiraat Al-Duri (الدوري)
Setiap qiraat memiliki sejarah, aturan tajwid, dan nuansa pengucapannya sendiri. Para pembaca Al-Quran yang terampil mampu membaca Al-Quran dengan menggunakan salah satu dari qiraat ini.
- Qira’at Asyarah
Qiraat Asyarah adalah istilah dalam ilmu tajwid yang Merujuk kepada sepuluh gaya atau cara membaca Al-Quran yang berbeda. Qira’at asyarah ini mencakup variasi dalam pengucapan huruf, panjang pendeknya vokal, dan penekanan yang berbeda-beda dalam membaca teks Al-Quran. Setiap gaya memiliki aturannya sendiri yang diwariskan melalui jalur sanad (rantai guru atau -murid) dari Rasulullah SAW.
Qira’at asyrah qira’at yang di nisbahkan kepada para imam qurro’ yang tujuh tadikan sudah di Sebutkan ke dalam qira’at sab’ah dan di tambah lagi tiga orang imam yang lainnya yaitu imam abu Ja’far Yazid Ibnu AlQa’qa’ (w.130 H), Imam Ya’qub ibn Ishaq ibn Zaid ibn ‘Abdullah ibn Ishaq Al-Hadhramy (w. 205 H), dan Imam Abu Muhammad Khallaf ibn Hisyam Al-Bazzar Al-Asyir (150-229 H).
- Qira’at Arba’ah Asyar
Qira’at Arba’ah Asyarah adalah istilah dalam ilmu tajwid yang merujuk kepada empat belas gaya atau cara membaca Al-Quran yang berbeda. Ini mencakup variasi dalam pengucapan huruf, panjang pendeknya vokal, dan penekanan yang berbeda dalam membaca teks Al-Quran. Setiap gaya memiliki aturannya sendiri yang diwariskan melalui jalur sanad (rantai guru-murid) dari Rasulullah SAW.
Qira’at Arba’ah Asyarah yaitu qira’at yang dinisbatkan kepada sepuluh imam yang telah di sebutkan di qira’at Asyrah dan di tambah dengan empat imam lainnya yaitu Abu ‘Abdullah Muhammad ibn ‘Abd AlRahman ibn Muhaisin Al-Makki (w. 123 H.), Abu Muhammad Yahya ibn Al-Mubarak ibn Al-Mugirah Al- Yazidi Al-Basri (128-202 H.), Abu Sa‘id Al-Hasan ibn Abi Al-Hasan Al-Basri (21-110 H.), dan Abu Muhammad Sulaiman ibn Mihran Al-A‘masy Al-Asadi al-Kahili (60-148 H). Namun, banyak pendapat menyebutkan, seperti Al-Zarqani, Subhi Al-Salih, dan AlQattan, bahwa imam qira’at yang ke empat belas adalah Muhammad ibn Ahmad ibn Ibrahim Yusuf ibn Al-‘Abbas ibn Maimun Abu Al-Faraj AlSyambuzi Al- Bagdadi (w. 388 ).
Adapun qira’at yang di terima dan di tolak yaitu :
Qira’at yang di terima adalah qirat yang sesuai dengan kaidah bahasa arab, tulisan berupa ras Utsmani dan bersifat spekulatif, sanatnya sah tidak boleh ditolak, tidak boleh di ingkari keberadaannya, dan harus di terima.
Qira’at yang di akuin dan diterima dalam Islam ada sepuluh qira’at yang terkenal yaitu:
- Qiraat Nafi’ al-Madani
- Qiraat Ibn Kathir al-Makki
- Qiraat Ibn ‘Amir ad-Dimasyqi
- Qiraat Abu ‘Amr ibn al-‘Ala’ al-Basri
- Qiraat Hamzah al-Kufi
- Qiraat al-Kisa’i
- Qiraat Khalaf ‘an Hamzah
- Qiraat Hafs ‘an ‘Asim
- Qiraat al-Layth ‘an ‘Uthman
- Qiraat ad-Duri ‘an Abu ‘Amr
Qira’at yang di tolak adalah Qira’at yang secara resmi ditolak dalam Islam, versi baca tidak umum, dianggap tidak sah oleh sebagian masyarakat karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tajwid atau tidak memiliki sanad (rantai sanad) yang kuat. Misalnya, beberapa bacaan yang disebut “shaadh” (anomali) mungkin tidak diterima oleh sebagian besar ulama.
Kesimpulan
Macam-macam qira’at secara kuantitas (jumlahnya) yang terkenal ada tiga, yaitu Qira’at Sab’ah ( bacaan Al-Qur’an dari tujuh imam ahli qira’at). Qira’atAsyrah (bacaan Al-Qur’an yang disandarkan kepada tujuh imam pada Qira’at Sab’ah dan ditambah tiga imam Qira’at), Qira’at Arab’ah Asyrah (bacaan AlQur’an yang dinisbatkan kepada sepuluh imam dari qira’at yang telah disebutkan dan ditambah 4 imam qira’at.
Kriteria qira’at yang diterima yaitu setiap qira’at yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab meskipun hanya satu aspek saja, sesuai dengan penulisan ras Usmani meskipun hanya bersifat spekulatif (iḥtimal) dan sanadnya sah. Sedangkan kriteria qira’at yang ditolak yaitu, tidak memenuhi kriteria qira’at yang diterima.
Daftar pustaka
Khairaunnas jamal&Afriadi Putra,Pengantar ilmu qiraat,Sleman,2020. Hlm,1
Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an ,(Bandung: CV Pustaka setia,1983). hlm.45-46.
Munawwir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, (Surabaya: PustakaProgessif, 2007), hlm.75.